Pages

Bahasa Indonesia - Cerpen

CERPEN

Teman yang hilang

Cerita ini bermula dari dalam kelas. Aku biasa disapa Indah. Sekarang aku duduk di bangku kelas 2 SMA NEGERI 2 Malang. Seperti biasa, aku duduk dikelas di sisi pojok depan, dekat jendela yang menghadap ke koridor luar ruang kelas. Manfaatnya, bila bosan melihat papan yang penuh dengan catatan, bisa melihat keluar melihat awan dan pemandangan di pekarangan sekolah.

Bel masuk pelajaran usai tinggal beberapa menit lagi, aku sudah merapikan meja tempat aku belajar di kelas, lalu melihat awan yang dihiasi beberapa burung yang lalu lalang. Tiba tiba aku terhanyut dengan lamunanku, perlahan tergambar masa kecilku. Saat kecil dulu, tepatnya saat di Sekolah Dasar, aku selalu berangkat dan pulang sekolah bersama teman – teman dengan jalan kaki. Pemandangan kanan kiri jalan masih tersa alami. Jalan masih basah, pohon – pohon masih utuh dan tak ada satupun yang ditebangi. Rumah para penduduk luas dengan tanaman di pekarangan. Semuanya terasa guyub. Jarang ada kendaraan perasa yang lalu lalang. Mungkin hanya truk pengangkut sayuran, buah – buahan, dan pengangkut ikan. Terlihat kebiasaan sekolah bersama teman, saling jemput dari satu teman ke lainnya.

Kebiasaan pulang sekolah juga sama, bersama teman dan menunggu di depan gerbang sekolah. Teringat aku, dan dua teman baikku, Icha dan Rani. Kami bersama selama kurang lebih empat tahun. Walaupun berbeda latar belakang pendidikan dan pekerjaan orangtua, kita tidak pernah mempermasalahkan. Jika diantara kami yang dalam keadaan lebih pun, kami selalu membagi, dan selalu bersama dalam membawa bekal, dan bacaan sekolah. Kami selalu belajar bersama di sore hari. Dan setiap pulang sekolahpun, kami juga bersama sama. Melewati jalan yang sama saat kami berangkat dan membicarakan kegiatan yang menggembirakan di kegiatan sekolah tadi. Walaupun siang hari, keadaan udara masih sejuk. Tidak sepanas sekarang, karena dijalan raya, masih banyak pohon yang rindang dan kanopinya melindungi dari terik matahari.

Kebiasaan pulang sekolah, setelai sampai rumah dan mencium tangan ibu, aku langsung cuci tangan. Itu sudah menjadi kebiasaan, ganti baju, lalu makan siang. Biasanya teman- temanku yang disekitar rumah atau dua temanku menjemputku untuk bermain di pekarangan rumahnya. Bermain apa saja, mulai masak – masakan, gobak sodor, engklek,lompat tali, tekongan, dll. Kami biasanya usai saat waktu shalat dhuhur menjelang.

Teringat saat – saat bermain bersama teman kecil, tepatnya tetangga depan rumahku. Au dulu pernah bermain kuda lumping. Udanya berasal dari anyaman bambu, lalu diwarna yang biasanya dengan cat, dan dibentuk seperti pola kepala kuda. Saat hampir usai makan siangku, tiba tiba aku mendengar suara ketok pintu, ibuku beranjak dan membukanya.

“Indah..indah..”. Suara temanku dari depan rumah. Dan lainnya di belakangnya.

”oh,Ada apa? Indahnya didalam”. Jawab ibuku ramah sambil membuka pintu.

Bulek,Indahnya ada? Main di pekarangan”. Jawab temanku, mendengar suara temanku , akulangsung lari ke depan pintu.

”Ya, bu ya, boleh ya..” Pintaku sambil menarik daster ibuku.

”Ya, boleh..jangan sore sore..” Kata ibuku sambil tersenyum dan mengelus – elus kepalaku.

”Horree..” Ucapku dan teman – temanku gembira.

”Ya sudah, sana..”

”Assalamu’alaikum bu..”

”Wa’alaikum salam” Ibuku melihatku dari kejauhan, lalu menutup pintu.

Aku dan teman – temanku menyusul ke temanku, tepatnya tetannga sebelah. Kami juga melakukan percakapan yang sama dengan ibunya. Kami menuju pekarangan depan rumah salah satu temanku, lalu dipinjami kuda – kudanya yang katanya baru beli. Kami bernyanyi dan kejar kejaran lalu bernyanyi lagu yang diajarkan di sekolah, dan membentuk lingkaran. Kami tertawa bersama, hingga orang – orang yang melewati ruma temanku melihat kami bermain dan ikut tertawa.

Semuanya duduk kelelahan, dan kami melihat ibu temanku datang membawa minuman. Aku berdiri dan mengayunkan tanganku kearah ibunya temanku, dan menggerakan kuda –kudaku. Aku menari mengikuti gaya orang yang menari kuda lumping di vestifal kemarin. Aku tidak menyangka jika gerakanku membuat tetanggaku yang melihat tertawa. Aku melihat teman – temanku juga menertawaiku. Aku terdiam, lalu menangis, aku malu. Teman – teman semakin menertawaiku, aku melihat teman – temanku dengan pandangan tertawa setengah menangis. Semua orang yan g melihatku juga ikut tertawa.

“Sudahlah, jangan menangis, lanjutkan saja mainmu..”. Kata ibu temanku seraya menghampiriku.

”Hehhe.. iya hiks,hiks, iya bu.”. Akau mengambil kuda – kuda lalu duduk, dan ikut minum es campur yang disediakan ibunya temanku.

Lamunanku semakin suram, aku tak sadar jika melamun hampir setengah jam. Datanglah teman sebangkuku, dia menyenggol pundakku hingga aku benar – benat tersadar. Aku tersenyum pada temanku lalu mulai mencari dan membuak catatanku. Aku mengingat mereka sudah berbeda dari yang dulu. Kami terpisah sejak SMP, aku tetap mengingat mereka sebagai teman baik, teman baik yang hilang.

0 komentar:

Posting Komentar